Resensi Buku Negeri 5 Menara
Judul Buku : Negeri 5 Menara
Pengarang : A. Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2010
Jumlah Halaman : 424
Pengarang : A. Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2010
Jumlah Halaman : 424
Sinopsis
Dimulai dari lima sahabat yang
sedang mondok di sebuah pesantren, kemudian bertemu kembali ketika mereka sudah
beranjak dewasa.
Uniknya, setelah bertemu,
ternyata apa yang mereka bayangkan saat menunggu adzan Maghrib di bawah menara
masjid benar-benar terjadi. Itulah cuplikan utama cerita novel negeri 5 menara
karya Ahmad Fuadi ini.
Tokoh utama Ahmad Fuadi yang
berperan sebagai Alif dalam novel tersebut meceritakan, ia tidak menyangka dan
tidak percaya kalau bisa jadi seperti yang sekarang ini.
Pemuda kelahiran Desa Buyur,
Maninjum Sumatra Barat itu adalah pemuda desa yang diharapkan bisa menjadi
seorang guru agama sama halnya yang harapkan oleh kedua orangtuanya.
Keinginan kedua orangtuanya
tentu saja tidak salah, sebagai ibu, menginginkan supaya anaknya menjadi
seorang yang ternama, dihormati di kampung seperti menjadi guru agama.
“Memiliki anak yang sholeh dan
berbakti kepada orangtua adalah sebuah warisan yang tak ternilai, karena bisa
mendoakan kedua orangtuanya dikala sudah tiada”, Ujar Alif mengenang keinginan
Emak di kampung pada waktu itu.
Namun, ternyata ALif mempunyai
keinginan lain, ia tak ingin seumur hidupnya terus tinggal di kampung. ia
memiliki cita-cita dan keinginan untuk merantau keluar kota.
ia ingin melihat keindahan dunia
luar dan ingin suksess seperti sejumlah tokoh-tokoh yang ia ketahui dari
membaca buku dan mendengar cerita teman di kampung.
Namun, keinginan Alif tidaklah
mudah untuk dicapai. Kedua orang tuanya memaksa supaya Alif tetap tinggal dan
bersekolah di kampung untuk menjadi guru agama.
Akan tetapi, berkat saran dari
mak Etek yaitu paman alif yang sedang kuliah di Kairo, Akhirnya Alif kecil bisa
merantau ke pondok Madani, Gontor, Jawa timur. dan, disinilah kisahnya dimulai.
Hari pertamanya di pondok Madani
Alif terkesiam dengan kata ajaib “man jadda wajada’, Barang siapa yang
bersungguh-sungguh pasti dapatlah ia”
Di pondok barunya ia
terheran-heran mendengar komentator sepakbola menggunakan bahasa Arab, ada
santri mengigau dalam bahasa inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan
syair Abu Nawas dan terkesan juga saat melihat pondok yang ia tempati.
Lalu kemudian Alif
berkenalan dengan Raja alias Adnin Amas, Atang alias Kuswandani, Baso alias
Ikhlas Budiman, Said Alias Abdul Qodir, dan Dulmajid alias Monib.
Kelima bocah yang menuntut ilmu
di dunia pesantren Gontor ini setiap sore memiliki kebiasaan unik. Menjelang
Adzan Maghrib berkumpul di bawah menara masjid sambil memandang ke awan.
Dengan membayangkan awan itulah
meraka menggambarkan impiannya. seperti Alif mengakui jika awan itu bentuknya
seperti benua Amerika, yaitu sebuah negara yang ingin ia kunjungi kelak setelah
lulus nanti. Begitu juga dengan yang lainnya menggambarkan awan itu seperti
negara Arab Saudi, Mesir dan Benua Eropa.
Melewati lika-liku kehidupan di
dunia pesantren yang tidak terbayangkan selama ini, ke lima santri itu
diceritakan bertemu di london. Inggris beberapa tahun kemudian setelah lulus.
Kemudian mereka bernostalgia dan
saling membuktikan cita-cita dan impian mereka ketika melihat awan di bawah
menara masjid waktu itu.
Belajar di pesantren bagi Alif
ternyata memberikan warna tersendiri baginya. Ia yang dulunya beranggapan bahwa
dunia pesantren adalah metode pembelajaran, kuno dan kampungan, ternyata
anggapan itu salah besar.
Di pesantren ternyata
benar-benar menjunjung sikap kedisiplinan yang tinggi, sehingga melahirkan para
santri yang bertanggung jawab dan berkomitmen.
Di dunia pesantren mental para
santri dibakar oleh para uztads supaya itu semua dilakukan supaya santri tidak
mudah menyerah dan memiliki mental baja. Setiap hari, sebelum masuk dalam
kelas, selalu menyanjungkan kata-kata ajaib “man jadda wa jadda” barang siapa
yang bersungguh-sungguh berhasilah ia...
Kelebihan Novel
Kelebihan novel negeri 5 menara ini adalah dapat menginspirasi pembaca, terutama anak muda zaman sekarang untuk lebih bersemangat dalam meraih cita-cita dan rasa patuh kepada orang tua.
Novel ini
juga dapat mengubah pola pikir kita tentang kehidupan pondok pesantren yang
tidak hanya berfokus kepada ilmu-ilmu agama saja. karena dalam novel ini selain
belajar ilmu agama, ternyata juga belajar ilmu pengetahuan umum seperti bahasa
inggris, bahasa arab, kesenian dan lain sebagainya.Kelebihan novel negeri 5 menara ini adalah dapat menginspirasi pembaca, terutama anak muda zaman sekarang untuk lebih bersemangat dalam meraih cita-cita dan rasa patuh kepada orang tua.
Kita juga dapat memetik pelajaran yang berharga yaitu jangan pernah meremehkan sebuah impian walau setinggi apapun, yakinlah bahwa kamu dapat mencapainya, dan berdoalah kepada Allah, karena Allah Maha mendengar do’a dari hambanya.
Kekurangan Novel
Kekurangan novel negeri 5 menara ini adalah adanya ketidak jelasan gambaran beberapa tokoh yang pada akhir cerita perjalanan hidupnya seperti apa, dan bagaimana keadaan orang tersebut.
Kekurangan novel negeri 5 menara ini adalah adanya ketidak jelasan gambaran beberapa tokoh yang pada akhir cerita perjalanan hidupnya seperti apa, dan bagaimana keadaan orang tersebut.
Penilaian Buku
Menurut saya buku ini menceritakan tentang cita-cita yang tinggi agar bisa sukses, intinya jika kita ingin menggapai cita-cita, raihlah setinggi langit, sampai kita berhasil.
Masukkan komentar anda..
BalasHapus